Three Phases in a Trend

Pergerakan harga saham ataupun komoditas selalu mengikuti sebuah pola yang disebut dengan Trend. Ada yang disebut Uptrend (harga cenderung mengalami kenaikan), Downtrend (harga cenderung turun) dan Sideways (pergerakan harga relatif stabil). Dan kita seringkali mendengar ungkapan jika kita bisa mendeteksi terjadinya sebuah trend, maka kita bisa menghasilkan keuntungan. Oleh sebab itu kita perlu memahami fase pembentukan trend. Ada tiga fase yang membentuk sebuah trend, yang pertama adalah Fase Akumulasi, fase kedua adalah Trend Following dan fase terakhir adalah fase Distribusi. Apa yang dimaksud dengan masing-masing fase? Sebagai contoh kita ambil terbentuknya suatu Uptrend.

Fase akumulasi adalah titik awal lahirnya uptrend yang baru, dan pada fase ini biasanya terjadi pembelian oleh investor “canggih” yang memiliki informasi yang lebih lengkap dari kalangan investor pada umumnya. Biasanya fase ini terjadi pada akhir sebuah downtrend di mana semua orang merasa pesimis dan harga sudah jatuh berantakan. Harga yang berantakan ini menjadi menarik bagi investor canggih tsb karena mereka melihat, dalam jangka panjang harga sekarang memiliki potensi keuntungan yang sangat besar, sementara investor pada umumnya sudah stress melihat kondisi saat itu yang tidak kelihatan titik cerahnya dan sudah muak atau mungkin sudah muntah darah melihat pembukuan yang merah karena kerugian yang diderita. Sehingga akan cukup banyak investor ritel yang tidak tahan lagi, dan menjual sahamnya ke investor canggih itu tanpa mereka sadari. Inilah yang disebut fase akumulasi.

Pada saat investor canggih melakukan pembelian di fase akumulasi, mereka sudah memperkirakan bahwa kondisi terburuk sudah terlewati dan ekonomi akan membaik. Dan pada saat kondisi ekonomi benar-benar mulai membaik, berita-berita buruk mulai berkurang, data ekonomi mulai menunjukkan perbaikan, dan harga mulai ada kenaikan. Pada saat ini investor yang tadi keluar dari pasar, akan mulai mencoba masuk pasar lagi, demikian pula para investor dan trader yang mengikuti Trend, akan mendeteksi ciri-ciri Uptrend yaitu nilai High dan Low yang semakin tinggi, sehingga mereka juga akan melakukan pembelian. Fase ini yang disebut dengan Trend Following atau ada juga yang menyebutnya sebagai Fase Partisipasi Publik. Biasanya fase ini berlangsung paling lama dan pergerakan harga yang ditimbulkan juga cukup besar.

Setelah harga mengalami kenaikan yang cukup besar, dan berita-berita positif bertebaran di mana-mana, kalangan investor publik menjadi sangat bersemangat dan melihat bahwa kondisi baik ini akan berlangsung terus, sehingga seolah-olah tidak ada bahaya di masa depan. Pada saat ini investor canggih melihat sebaliknya, mereka merasa valuasi sudah terlalu tinggi, kondisi ekonomi mungkin akan segera mengalami pelambatan sehingga risiko sudah tidak sesuai dengan potensi return, dan mereka melakukan penjualan ke kalangan investor publik yang lagi bersemangat tsb. Inilah yang disebut Fase Distribusi. Dan kita semua tahu, kira-kira apa yang terjadi selanjutnya, yaitu dari Uptrend akan berubah menjadi Downtrend.

Setelah investor publik memborong saham di harga puncak, kemudian data-data ekonomi mulai menunjukkan pelambatan, dan harga mengalami penurunan, akan menimbulkan Trend Following di mana sebagian investor mulai mendeteksi terbentuknya Downtrend. Tekanan jual yang ditimbulkan akan menyebabkan harga turun lebih jauh lagi, dan pada saat kondisi ekonomi tidak terlihat titik cerahnya, tidak ada data yang bagus, akhirnya investor publik melakukan penjualan yang diakumulasi oleh investor canggih, dan siklus berulang lagi.

Dengan memahami fase-fase terbentuknya sebuah Trend, saya berharap Bapak/Ibu tidak terjebak dengan membeli saham di harga puncak dan menjualnya pada saat harga jatuh berantakan.