Dalam artikel kali ini, kita akan membahas options secara singkat. Secara definisi, Options adalah hak untuk membeli (Call) atau menjual (Put) sesuatu pada harga yang sudah ditentukan (Strike Price) pada saat tertentu (European Options) atau dalam jangka waktu tertentu (American Options).
Sebagai contoh: jika Anda membeli Call Options atas saham X dengan strike price Rp. 1.000,- dan jangka waktu 1 bulan, maka dalam jangka waktu 1 bulan tsb Anda boleh membeli saham X dengan harga Rp. 1.000,- tidak peduli harga pasar saham X saat itu di harga berapapun.
Apabila harga pasar saham X Rp. 1.800,- dan Anda bisa membeli dengan harga Rp. 1.000,- maka Anda akan langsung mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 800,-. Tetapi jika harga saham X di bawah Rp. 1.000,- maka Anda tidak harus membeli dengan harga Rp. 1.000,- tsb. Oleh karena itu, hak ini memiliki nilai yang disebut Options Premium.
Dalam contoh di atas, jika nilai Call Options pada saat transaksi awal Rp. 300,- dan pada saat harga pasar mencapai Rp. 1.800,- nilai Call Options Rp. 1.050,- maka dengan modal awal hanya Rp. 300,- kita bisa mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 750,- (1050 minus 300) atau 250% dari modal awal kita.
Jika kita membeli sahamnya secara langsung, maka modal awal kita Rp. 1.000,- dan saat harga pasar ke Rp. 1.800,- kita mendapat keuntungan 80% saja. Sebaliknya jika harga turun misalnya ke Rp. 500,- dan nilai options turun menjadi Rp. 50,- maka kerugian options sebesar Rp. 250,- (300 minus 50) dibandingkan kerugian saham sebesar Rp. 500,- (1000 minus 500).
Sedangkan Put options adalah hak untuk menjual, sebagai contoh jika kita memiliki saham X, tetapi kita takut harga saham X mengalami penurunan tajam, maka kita bisa membeli Put options. Sehingga jika harga saham X benar-benar turun, put options mendapat keuntungan untuk mengurangi kerugian dari saham.
Apabila kita perhatikan contoh di atas, terlihat bahwa pembeli options (Options Buyer) memiliki potensi keuntungan yang tidak terbatas dan risiko yang terbatas yaitu sebesar nilai pembelian options tsb. Sebagaimana kita pahami bersama, di saat ada yang membeli, tentu saja juga ada pihak yang menjadi penjual (Options Seller). Maka pihak penjual dihadapkan dengan kondisi potensi keuntungan yang terbatas, dengan risiko yang tidak terbatas.
Lantas, siapakah yang mau menjadi penjual options? Apakah sebaiknya kita menjadi pembeli options?
Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan di Amerika Serikat, mayoritas options berakhir dengan nilai NOL (expired worthless) sebagai akibat harga saham tidak bisa melebihi strike pricenya pada saat jatuh tempo, sehingga options seller bisa mendapatkan keuntungan kecil dengan volume yang besar.
Pada dasarnya penjual options harus menggunakan Hukum Bilangan Besar untuk menghasilkan keuntungan, karena bila penjual options hanya memiliki exposure yang sedikit, maka dia dihadapkan dalam kondisi limited profit and unlimited risk.
Bagaimana dengan Anda? Apabila Anda ingin menjadi options buyer, maka Anda harus ingat bahwa mayoritas options expired worthless. Apabila Anda ingin menjadi options seller tetapi tidak memiliki variasi exposure yang besar maka Anda dihadapkan dengan limited profit dan unlimited risk.