How to Choose the Right Investment?

Banyak sekali instrumen investasi yang beredar saat ini, misalnya Deposito, Properti, Saham, Obligasi, Mata Uang Asing, dan lain sebagainya. Investor dalam memilih instrumen pun juga banyak cara yang digunakan, ada yang berinvestasi di deposito saja karena tidak mau repot dan memang tidak memahami karakteristik instrumen investasi yang lain. Ada pula yang hanya berinvestasi di properti karena didikan dari orang tuanya yang mengatakan bahwa investasi properti tidak mungkin mengalami kerugian. Ada pula yang hanya berinvestasi di saham karena percaya bahwa saham bisa memberikan keuntungan yang paling tinggi.

Sebelum kita menentukan pilihan instrumen investasi, kita harus menentukan tujuan yang ingin kita capai terlebih dahulu. Apabila kita memiliki tujuan untuk menyiapkan dana pendidikan anak di universitas, dan saat ini anak kita masih berumur 2 tahun, maka jangka waktu yang dimiliki untuk mencapai tujuan tsb adalah jangka panjang. Tetapi apabila kita melihat bahwa kita memiliki dana menganggur yang akan digunakan dalam waktu 6 bulan lagi untuk melunasi sesuatu, maka jangka waktu yang kita miliki adalah jangka pendek. Perbedaan jangka waktu tsb akan membantu kita dalam menentukan pilihan instrumen investasi yang bisa kita pilih.

Langkah berikutnya kita harus memahami karakteristik dari instrumen investasi tsb, sehingga keunggulan instrumen tsb bisa kita gunakan hingga maksimal. Deposito adalah instrumen investasi jangka pendek yang boleh dikatakan memiliki risiko rendah, tetapi tingkat pengembalian (return) juga tidak akan terlalu tinggi, dan likuiditasnya juga tinggi. Likuiditas adalah kemudahan suatu asset diubah menjadi kas tanpa mengalami penurunan nilai yang signifikan.

Sedangkan properti termasuk instrumen jangka panjang dan likuiditasnya rendah, apabila kita ingin menjual properti kita dalam waktu cepat, biasanya kita akan menjual dengan harga diskon yang lumayan besar terutama bila pasar properti lagi lesu.

Obligasi adalah surat utang yang diterbitkan oleh suatu pihak, bisa diterbitkan oleh pemerintah ataupun pihak swasta, yang akan dibayar kembali setelah suatu periode tertentu biasanya lebih dari 1 tahun, dan selama jangka waktu tsb pemegang obligasi akan mendapatkan return yang disebut dengan coupon. Obligasi yang diterbitkan pemerintah tentu saja memiliki risiko yang lebih rendah dibandingkan obligasi swasta, sehingga return yang diberikan juga akan lebih rendah. Meskipun obligasi memiliki jangka waktu yang cukup panjang, tetapi obligasi ini bisa diperdagangkan, sehingga likuiditasnya relatif tinggi juga. Di samping coupon, investor obligasi bisa juga mendapatkan capital gain/loss (selisih antara harga jual dibandingkan harga beli obligasi tsb) karena adanya perubahan suku bunga.

Apabila suku bunga pasar mengalami kenaikan, maka harga obligasi akan turun, demikian pula sebaliknya. Besar kecilnya perubahan harga obligasi juga dipengaruhi oleh besarnya coupon yang diberikan oleh obligasi tsb dan jangka waktu hingga jatuh temponya. Apabila suku bunga pasar cenderung mengalami penurunan, maka sebaiknya kita membeli obligasi yang memiliki coupon tinggi dan jangka waktu ke jatuh tempo paling lama, karena penurunan suku bunga akan memberikan kenaikan harga yang paling besar.

Saham adalah kepemilikan atas suatu perusahaan dan termasuk instrumen investasi jangka panjang. Return yang bisa diperoleh dari investasi saham adalah dividen (pembagian keuntungan perusahaan kepada para pemegang saham) dan capital gain/loss (selisih antara harga jual dibandingkan harga beli saham tsb). Saham memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi dibandingkan deposito, obligasi ataupun properti karena volatilitas pergerakan harga saham yang sangat tinggi, tetapi sekaligus bisa memberikan keuntungan yang besar pula. Seringkali orang berinvestasi di saham tanpa memahami karakteristik tsb, mereka hanya berpikir bahwa harga saham pasti akan naik terus, dan dalam jangka pendek.

Yang lebih berbahaya lagi, investor saham sering beranggapan sesuatu yang sebenarnya “probabilitas” menjadi sesuatu yang “pasti terjadi”. Misalnya karena membaca riset atas suatu saham, dan dia setuju sekali dengan analisis yang dipaparkan, maka menganggap bahwa analisis tsb “pasti” menjadi kenyataan, dan dia menginvestasikan seluruh uangnya ke dalam saham tsb. Apabila ada perubahan kondisi perekonomian baik dari dalam negeri ataupun dari global yang membuat analisis tsb tidak valid lagi, investor tidak siap menerima kenyataan tsb dan akhirnya mengalami kerugian yang amat besar.

Instrumen berikutnya yang memiliki tingkat risiko yang paling tinggi adalah produk derivatif. Produk derivatif ada banyak macam di antaranya: options, futures, CFD (Contract for Difference), Foreign Exchange Margin Trading. Apabila Anda ingin berinvestasi di instrumen derivatif, Anda harus memiliki pengetahuan yang lebih tinggi lagi, karena rata-rata instrumen derivatif menggunakan sistem leverage di mana nilai transaksi real kita jauh lebih besar dibandingkan dana yang kita sediakan. Sebagai contoh dalam transaksi Forex Margin Trading, minimum bertransaksi adalah 1 lot, nilai transaksi sebenarnya dari 1 lot kontrak EUR/USD adalah EUR 100,000, dan dana minimum yang harus disiapkan (Margin Requirement) kurang lebih USD 1,000. Sehingga bisa kita bayangkan apabila harga bergerak 1% saja, maka uang USD 1,000 yang kita sediakan di awal, bisa menjadi NOL atau menjadi dua kali lipat. Jadi instrumen derivatif hanya cocok bagi investor profesional.

Di samping karakteristik tiap instrumen di atas, kita juga harus memperhatikan perlakuan pajak atas instrumen tsb, karena pajak akan mengurangi total return yang dihasilkan. Jadi dengan memahami tujuan yang ingin dicapai, Anda akan tahu berapa lama jangka waktu yang Anda miliki, kemudian Anda akan melihat instrumen mana yang bisa menghasilkan maksimal berdasarkan karakteristik masing-masing instrumen. Sebelum Anda memutuskan instrumen yang akan dipilih, jangan lupa untuk menyesuaikan dengan risk profile Anda (toleransi diri Anda terhadap risiko). Apabila Anda termasuk tipe konservatif, yaitu kurang berani mengambil risiko, maka instrumen saham mungkin bukan pilihan yang cocok untuk diri Anda. Sebaliknya bila Anda termasuk tipe agresif, maka saham bisa menjadi pilihan yang cocok.