Dalam dunia investasi, kita sering mendengar konsep diversifikasi. Diversifikasi seringkali digambarkan sebagai “Don’t Put All Your Eggs in One Basket” karena bila keranjang tsb jatuh, maka semua telur akan pecah. Apabila kita memiliki beberapa keranjang untuk menyimpan telur-telur tsb, maka bila salah satu keranjang terjatuh, maka kita masih memiliki telur di keranjang yang lain. Demikian pula halnya dalam dunia investasi, apabila kita meletakkan semua harta kita dalam satu instrumen investasi saja, berarti kita belum melakukan diversifikasi. Sebagai contoh, bila kita menyimpan semua uang kita dalam instrumen deposito di sebuah bank, berarti kita belum melakukan diversifikasi sama sekali. Bila kita membeli satu macam saham saja, berarti kita juga belum melakukan diversifikasi, karena bila perusahaan yang kita beli sahamnya tsb ternyata bermasalah dan akhirnya pailit, maka kita akan mengalami kerugian besar dan kehilangan seluruh modal.
Diversifikasi bisa dilakukan dengan membeli beberapa macam saham dari beberapa sektor yang berbeda, bila memungkinkan di negara yang berbeda pula. Bila ada satu perusahaan yang bermasalah, maka portfolio kita masih relatif aman, karena saham-saham yang lain masih tetap sehat atau mungkin lagi mengalami kenaikan. Bagi manajer investasi dengan dana kelolaan yang besar, mereka bahkan harus diversifikasi ke beberapa negara, misalnya sebagian dana diinvestasikan di Indonesia, sebagian lagi di Singapura atau negara-negara lainnya, dengan tujuan bila 1 negara lagi bermasalah, maka portfolionya tidak rusak semua. Dengan penjelasan di atas, kita bisa memahami bahwa diversifikasi adalah sebuah konsep yang sangat baik untuk kita lakukan.
Tetapi Warren Buffett tidak suka melakukan diversifikasi, beliau lebih cenderung menggunakan konsep konsentrasi. Konsentrasi berarti Anda tidak membagi telur ke dalam banyak keranjang. Selama keranjang tsb masih mampu menampung telur-telur Anda, semua telur akan dimasukkan ke keranjang tsb. Bila keranjang tsb sudah tidak cukup lagi, barulah Anda cari keranjang lain. Alasan dari Buffett juga sangat sederhana, beliau berargumen bahwa dengan konsentrasi maka jumlah saham yang perlu diperhatikan dan dipantau akan menjadi sedikit, sehingga perhatian yang diberikan bisa lebih besar dan dalam. Mana yang lebih mudah dilakukan, Anda serius memantau dan menganalisis portfolio yang terdiri dari lima macam saham atau portfolio yang terdiri dari 100 macam saham? Dengan konsentrasi, Buffett berharap keuntungan yang dihasilkan bisa maksimal.
Dalam kesempatan ini, saya mau ingatkan sekali lagi, bahwa Diversifikasi bertujuan untuk mengurangi risiko, bukan memaksimalkan keuntungan. Warren Buffett bisa berhasil melakukan investasi dengan konsep konsentrasi, karena beliau memang setiap hari melakukan analisis atas perusahaan-perusahaan sehingga beliau benar-benar yakin atas keputusannya. Apabila Anda yakin atas kemampuan Anda dalam memilih saham, dan Anda ingin memaximalkan keuntungan yang bisa diperoleh, mungkin Anda bisa melakukan investasi dengan cara konsentrasi. Tetapi bila Anda merasa bahwa Anda masih kurang mampu, mungkin tidak ada salahnya Anda melakukan investasi dengan cara diversifikasi.
Seberapa jauh kita perlu melakukan diversifikasi? Kita harus sesuaikan dengan dana yang akan diinvestasikan, karena diversifikasi akan menyebabkan biaya yang lebih tinggi. Bila Anda menyimpan uang sejumlah Rp. 10 juta hanya di sebuah bank, dibandingkan dengan menyimpan uang Rp. 1 juta ke sepuluh bank. Maka biaya administrasi dan biaya lain akan lebih tinggi bila Anda menyimpan di sepuluh bank. Dalam hal ini, akan kurang bijaksana bila kita melakukan diversifikasi karena manfaat yang didapat akan lebih kecil dibandingkan biayanya. Lain halnya bila uang yang kita tabung adalah Rp. 10 Milyar, dengan diversifikasi Rp. 1 Milyar ke dalam sepuluh bank akan membuat biaya diversifikasi lebih kecil dibandingkan manfaat yang bisa diperoleh.
Jadi aplikasi konsep diversifikasi ini harus disesuaikan dengan assets yang akan dikelola. Bagi seorang individu, diversifikasi yang umum dilakukan adalah investasi di produk perbankan misalnya tabungan dan deposito, investasi di reksadana baik reksadana pendapatan tetap ataupun saham, investasi di properti, investasi di saham, investasi di barang-barang koleksi, ataupun bentuk invetasi lainnya seperti derivatif. Jika Anda saat ini sudah membagi assets Anda ke beberapa macam produk investasi berarti Anda sudah melakukan diversifikasi, dan Anda harus yakin bahwa alokasi assets yang Anda lakukan tsb memang sudah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai karena setiap produk investasi memiliki karakteristik yang berbeda-beda.