Apabila kita bertanya kepada orang, “Apa tujuan Anda bekerja?” Mungkin hampir semua akan menjawab mereka bekerja untuk mendapatkan uang. Setelah mendapatkan uang, maka mereka akan membelanjakan, menabung atau menginvestasikan uang tsb. Sehingga boleh dikatakan bahwa uang tsb akan terbagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok biaya (expenses) atau kelompok harta (assets). Kelompok biaya meliputi pengeluaran rutin sehari-hari misalnya biaya makan, uang sekolah anak, biaya listrik dan lain sebagainya; dan pengeluaran tidak rutin misalnya berlibur. Kelompok harta meliputi uang cash, tabungan ataupun investasi-investasi lain yang dimiliki misalnya properti, saham, barang koleksi, dan lain-lain.
Apabila sebagian besar dari penghasilan (income) yang Anda peroleh bisa dimasukkan ke kelompok harta, maka saya ucapkan “SELAMAT!”, dan Anda boleh berbangga dengan pencapaian tsb. Tetapi bila hingga saat ini, sebagian besar income masih digunakan untuk expenses, maka Anda harus mencari jalan keluar agar bisa masuk ke kategori pertama, dan bisa mencapai Financial Freedom pada akhirnya.
Bagi Anda yang sudah bisa memiliki assets, instrumen apakah yang Anda gunakan untuk menyimpan assets tsb? Di bawah ini saya tampilkan perbandingan kinerja beberapa instrumen investasi selama 30 tahun terakhir.
Source: Federal Reserve St. Louis dan Yahoo Finance, diolah.
Grafik di atas menunjukkan bahwa uang sejumlah USD 10,000 di tahun 1980 diinvestasikan ke instrumen yang sifatnya Conservative (T-Bills dengan jangka waktu 3 bulan), Moderate (T-Bonds dengan jangka waktu 10 tahun) dan Aggressive (Saham di S&P 500). Hasil akhir yang diperoleh dari tahun 1980 hingga tahun 2009 adalah sbb:
Conservative : USD 10,000 menjadi USD 43,866
Moderate : USD 10,000 menjadi USD 119,241
Aggressive : USD 10,000 menjadi USD 179,301
Apabila kita hanya melihat hasil akhirnya, return dari investasi di saham adalah yang paling besar, tetapi berinvestasi di saham memiliki risiko yang lebih tinggi, ada beberapa waktu di mana investasi kita mengalami penurunan yang lumayan besar pada saat market mengalami crash seperti yang terjadi di tahun 2000-2002 dan 2008, sehingga grafik tingkat pengembalian (return) bukan berupa garis lurus. Volatilitas return berinvestasi di saham dalam jangka pendek dapat diatasi bila kita memiliki jangka waktu yang panjang, karena dengan jangka waktu yang panjang, garis average return bisa diperhalus (smooth out). Agar bisa sukses berinvestasi di saham tentu saja tergantung dari kemampuan Anda mengakomodasi risiko tsb dan waktu yang Anda miliki.
Mungkin saat ini Anda berkata bahwa Anda lebih memilih instrumen investasi yang conservative meskipun hasil akhirnya lebih kecil, tetapi Anda bisa tidur nyenyak di malam hari. Apakah Anda sadar dengan inflasi yang terjadi? Inflasi akan menggerogoti nilai uang kita menjadi semakin tidak bernilai, dengan kata lain kita menjadi semakin miskin dalam hal daya beli.
Bila Anda ingin menginvestasikan uang di saham, tidak ada salahnya mengikuti aturan berikut:
Jumlah maksimum saham yang boleh kita miliki adalah 100 – umur kita.
Apabila Anda berumur 30 tahun, maka maximum Anda boleh memiliki 70% dari assets Anda dalam bentuk saham. Bila Anda sudah berumur 60 tahun, maka maximum Anda hanya boleh memiliki 40% saja yang berbentuk saham.
Semakin tua umur seseorang, semakin pendek waktu yang dimilikinya untuk bisa bertahan mengikuti siklus naik turunnya saham, sehingga ada risiko mereka terpaksa menjual saham pada saat yang tak diinginkan (pada saat market crash). Tetapi bila seseorang tsb masih muda, dia memiliki sisa waktu yang panjang untuk mengikuti siklus naik turunnya saham tsb.
Tentu saja alokasi assets yang cocok dengan seseorang haruslah dipikirkan dengan matang melalui serangkain proses antara lain Risk Profiling. Setelah Anda menentukan komposisi assets yang pas dengan tujuan Anda, maka Anda harus konsisten menjaga komposisi tsb.
“Stay Invested” adalah pedoman yang Anda perlu ketahui dan ikuti, meskipun kita melihat ada kemungkinan terjadi crash lagi dalam beberapa waktu ke depan, Anda tetap perlu menjaga komposisi asset tsb. Yang penting untuk Anda perhatikan dalam berinvestasi di saham yaitu berinvestasilah di saham-saham blue chip karena pada saat market naik kembali, saham blue chip yang akan memimpin kenaikan tsb.